Senin, 27 Juli 2009

Kebaikan Itu Indah

Pernah pada suatu hari saya sedang menunggu bis, ada seorang pemuda menuntun nenek menyeberangkan jalan. Begitu sampai nenek itu bukannya mengucapkan terima kasih malah menangis tersedu-sedu membuat kami orang-orang disekeliling terheran-heran. 'Kenapa nenek menangis?' Tanya pemuda yang telah membantunya menyeberangkan jalan. Nenek itu mengatakan bahwa dirinya tidak hendak menyeberang melainkan sedang mencari cucunya. Kebaikan itu indah, namun kita seringkali berbuat baik namun tidak disertai dengan ilmu atau pemahaman akan kebutuhan menjadi tidak efektif dan tidak tepat sasaran.

Demikian halnya ketika kita melakukan kebaikan seringkali menjadi sia-sia bila yang kita lakukan tidak memenuhi kebutuhan kepada orang yang hendak kita tolong. Materi memang kebutuhan yang tak terelakkan namun kasih sayang lebih utama. Itulah yang kami lakukan di Rumah Amalia. Kami melakukan yang tepat sasaran. Perbuatan baik saja tidak cukup bila tanpa mengetahui apa yang dibutuhkan oleh anak, sama seperti yang dilakukan pemuda menuntun nenek menyeberang jalan, padahal sang nenek sedang mencari cucunya. Perbuat baik pemuda itu bukan hanya sia-sia mungkin juga malah membahayakan bagi nenek itu atau cucunya yang sedang bermain dijalan raya.

Kami mengajarkannya anak-anak Amalia belajar mengaji, mendengar setiap keluhan dikala sakit, menumbuhkan kepercayaan dirinya, membangun kebiasaan berpikir positif dan berpikir kontributif. Bahkan mengajarkan kepemimpinan dan kemadirian adalah bagian yang utama yang kami ajarkan.

Hari senin yang lalu Rumah Amalia mengadakan Open House dalam rangka Peduli Kasih Amalia dengan mengadakan pengobatan gratis dan santunan anak yatim. Bersama Mbak Rani, Mas Asep, Dokter Nia dan juga teman-teman lainnya, diluar dugaan kami yang datang membludak, dari yang kami perkirakan. Kami menjadi merasa begitu dekat, banyak curhat yang disampaikan. Bapaknya Ismi yang sopir angkot menceritakan bersyukur sekali dengan adanya Rumah Amalia lebih meluangkan waktu untuk anak-anaknya karena kebutuhan anak yang paling mendasar adalah kasih sayang. Ibu-ibu juga hadir menyatu dengan kami. Sekalipun kegiatan yang kami lakukan sederhana terasa sekali manfaatnya untuk semua orang yang hadir pada kegiatan Peduli Kasih Amalia, bahkan anak-anak Amalia seperti Mona, Lita, Lusi, Atun, Apoy, fajar dan Dedek terlibat dalam kepanitiaan lebih terbangun konsep dirinya dan kerjasama tim.

Berbuat baik yang tepat sasaran untuk mendidik anak-anak bukan hanya membiayai sekolah namun juga mencetak generasi yang disebut oleh Rasulullah sebagai Waladun Salihun atau anak yang shaleh dan bertanggung jawab, itulah yang kami lakukan di Rumah Amalia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar